Kamis, 02 Desember 2010

cemara


Cemara tertunduk tapi tak melamun. Wajahnya tak dapat kulukiskan, seperti menyimpan cerita yang ingin segera diperdengarkan. Aku ingin tau kenapa seraut wajah itu seperti begitu menyimpan misteri. Lebih dekat kucoba ikut merasakannya, hanya diam tak berkata-kata. Kuberanikan menyapa, seperti terusik, tapi menetes air matanya. “Apa yang sedang terjadi denganmu sayang?” Aku menatapnya tapi cemara tetap tertunduk. Sekali lagi air matanya menetes “sayang air mata itu untukku?” cemara hanya diam. Mulutnya seperti ingin berhenti membisu, isak tangis yang tak dapat disembunyikan memaksanya untuk mengadu. Lebih dekat dengan duduk disampingnya mungkin akan menceriakan kembali suasana, kata hatiku. Tangannya halus basah air mata, “sayang duka apa yang membuatmu seperti ini? Tidak, kamu tidak sendiri karena ada aku disini.” Kuusap air matanya, pipinya halus, rona diwajahnya berubah menjadi senyum. “ada apa dengan hatimu sayang? Sayang!” cemara menatapku, kusentuh pipinya dan kucium bibirnya. Cemara berdiri, “marah?! Ngambek?” kembali cemara duduk dan tertunduk. “ayolah! Maafkan aku.” Cemara tetap diam.

Pengikut

ShoutMix


ShoutMix chat widget
Diberdayakan oleh Blogger.

visitor today