Selasa, 23 November 2010

Demo

Kegiatan yang satu ini seperti menjadi kegemaran para Mahasiswa. Pak Polisi adalah mimpi buruk bagi mereka, walau begitu tak sedikit pun semangat para Mahasiswa menjadi luntur. “maaaaaaju tak gentaaaarr, memmbeeeeeela yang benaaaar….. “ begitu teriak para Mahasiswa. Pak Polisi geram ketika harus meladeni kelakuan para Mahasiswa. Dengan membawa senjata, pak Polisi seolah berada di medan pertempuran yang sebagian besar berpakaian perang berusaha menghantui para Mahasiswa. Ada yang bercelana dan ada yang tidak bercelana, maksudnya laki-laki dan perempuan. Ada yang bertopeng dan ada juga yang bersembunyi dibalik topeng. Ada sebagian kecil yang menyamar menguasai aksi seolah adalah benar panutan hati nurani rakyat pengemban tujuan aksi demo. Ada juga yang sebagian besar dibayar hanya untuk meramaikan suasana demo. Itu semua tidaklah penting. Kembali saya tekankan itu semua tidaklah penting, lalu yang terpenting dari itu semua apa? Seolah menjadi warisan yang tidak akan habis hingga tujuh turunan. Mari mengingat kembali, orang-orang penting yang duduk dikursi itu dahulu adalah para Mahasiswa seperti saat ini yang tidak percaya akan pemerintahan yang sedang berkuasa. Ungkapan-ungkapan, suara-suara yang mereka bawa dahulunya juga sama seperti yang disampaikan para Mahasiswa masa kini. Hanya perbedaannya kalau dahulu itu tergerak dari hati nurani, sedang yang sekarang itu adalah seolah sandiwara saja. Mereka boleh tersenyum saat demo seperti oknum yang berhasil menggerakkan aksi demo dengan biaya mahal, mereka boleh marah saat demo seperti para pegawai yang tidak juga berhasil mendapatkan pesangonnya, mereka boleh diam saat demo seperti para Mahasiswa saat mogok makan.

0 komentar:

Pengikut

ShoutMix


ShoutMix chat widget
Diberdayakan oleh Blogger.

visitor today