Jumat, 19 November 2010

nampan

Seorang putri datang dengan membawa nampan, betapa senang hatiku melihatnya. Oh, kenapa tidak ada isinya? Nampanmu Kosong wahai putri. Sang putri tertunduk diam, berdiri disudut pintu sendepel sambil garuk-garuk kepala. Rupanya sang putri lagi jualan nampan.

“tidak mas, nampan ini merek terkenal, ini produk jerman bukan produk cina seperti yang ada di pasar Tanah Abang.” Seru sang putri.

“Oh, berapa putrid jual nampan itu?” Tanya pemilik rumah.

“Ayah siapa itu?” terdengar suara dari balik gordien, lembut sekali.

“penjual nampan menawarkan barang dagangannya, bunda mau lihat-lihat?” jawab pemilik rumah yang bergaya arsitektur minimalis tropis sebuah hunian di pinggiran Jakarta Selatan.

“maaf pak saya salah masuk, sebaiknya saya menawarkan dagangan saya di rumah ujung jalan ini, dekat dengan warung kopi itu.” Sambil tersenyum putri berbalik, mendekap nampannya dengan erat seolah mengisyaratkan rindu yang begitu dalam.

“Oh ya, terima kasih sudah menawarkan kesini, mungkin lain kali kami akan membeli nampan putri.” Kata pemilik rumah sedikit mewah itu.

“Ayah biasa aja kali, ayo masuk bantuin bunda bikin bakwan jagung!” seolah memahami tragedy pagi itu.

(bersambung…)08:24wib191110

0 komentar:

Pengikut

ShoutMix


ShoutMix chat widget
Diberdayakan oleh Blogger.

visitor today