Rabu, 10 November 2010

nenek bawel


Nenek bawel adalah sebuah sebutan untuk seorang perempuan yang tidak tau mengapa kata itu menurut saya pantas dan cocok sekali saya berikan kepadanya. Memang agaknya sedikit aneh kalau dibilang bahkan mungkin perempuan itu-pun akan marah jika tau sebutan itu saya anggap sungguh istimewa baginya. Saya sedikit tersenyum sebenarnya ketika memberikan sebutan itu untuknya, kok bisa perempuan secantik itu mendapat sebutan seperti itu? Ada apa dengan perempuan secantik itu? Bukankah dia sungguh istimewa? Apakah tidak ada sebutan sebuah kata yang mewakili segala keistimewaannya yang lebih pantas untuknya? Sejenak saya merenung, sebenarnya ini salah siapa, seolah seperti ada pertengkaran batin. Saya kembali tersenyum, terdiam sejenak.

Nafas ini masih seirama dengan detak jantungku, aku dapat merasakan ini malam tidak seperti beberapa malam-malam yang lalu, saat aku menikmati malam waktu itu tidak ada sesuatu yang mampu mengusik konsentrasiku dalam mencumbu malam. Memang benar harus ku akui diam-diam aku suka bercinta dengan malam, biasanya kulakukan ketika duduk dengan kaki dikedua sisi saat gumpalan-gumpalan kapas dikegelapan yang seolah melarang sang rembulan untuk hadir. Tapi malam kali ini, entah mengapa sebuah kata itu hadir, seperti kata keramat yang mampu mengingatkanku kepada seraut wajah perempuan cantik itu.

“bawel” hampir separuh malamku habis untuk memaknai kata keramat itu, sesekali wajahnya melintas. Kali ini gumpalan-gumpalan kapas dikegelapan seperti tau situasi yang sedang terjadi disini, sehingga sang rembulan dibiarkan hadir dengan wajah seperti saat pertama kali aku mengaguminya. Mungkin gumpalan kapas itu tidak ingin peranannya tergantikan oleh wajah baru seorang perempuan yang tiba-tiba datang dengan mudahnya mengacaukan hampir separuh malam yang biasa aku habiskan bersamanya. Namun gumpalan kapas di kegelapan harus sadar, seperti kata hatiku, sang Rembulan saja lebih memilih diam menyaksikan dari persinggahannya, daripada menantangku. Ini jaman sudah berbeda bung! Pabila engkau ingin tetap ada, tetap mendapat tempat ditempat yang kusediakan untukku, maka janganlah engkau berulah. Kukatakan kepadanya : “wahai gumpalan-gumpalan kapas dikegelapan, tetaplah engkau jalani kodratmu seperi sang Rembulan, persoalan sekarang perhatianku sudah mulai terbagi dengan perempuan itu, janganlah engkau sok merasa iri. Maknai kodratmu. Perananmu tidak akan berubah, perkara aku pernah bercumbu dengan malam anggap saja itu adalah suatu kekhilafan. Sekarang sudah tidak perlu diperdebatkan lagi, jalani saja apa adanya biarkan mengalir seperti waktu yang kian hari kian menambah ketuannmu”.

Pasar seni pada sabtu depan pasti akan sangat menarik, suasananya dapat kurasakan. “nenek bawel” tiba-tiba saja datang seperti ingin membuat perhitungan dengan-ku. Wajahnya begitu menakutkan, saya tak dapat membedakan antara yang sedang tersenyum atau marah. Berteriak-teriak menuju ke arahku tetapi tak menyebut namaku, menggedor pintu hatiku. Langsung saja kukunci pintu itu sebelum perempuan itu berhasil merebut pandanganku. Oh! Begitu menakutkan, kenapa seorang perempuan cantik itu tiba-tiba berubah menjadi aneh dan konyol seperti itu? Aku tak boleh menatapnya, jangan sampai raut wajah terakhirnya datang menyita sebagian malam yang biasa kunikmati. Aku tak ingin kembali mengecewakan sang Rembulan dan gumpalan-gumpalan kapas dikegelapan yang lebih setia menjadi teman malamku.

(bersambung...)

0 komentar:

Pengikut

ShoutMix


ShoutMix chat widget
Diberdayakan oleh Blogger.

visitor today